Pages

Selasa, 21 Desember 2010

UAS ONLINE

Metode pembelajaran Psikologi Belajar kaitannya dengan 7 komponen pembelajaran Kontekstual
1. komponen konstruktivisme (constructivism) ; sebagai filosofis (kembangkan pemikiran bahwa pebelajar akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstuksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya). Berikut ciri dari komponen konstruktivisme dan kaitannya dengan metode pembelajaran dalam psikologi belajar:
-Siswa belajar sedikit-demi sedikit dari konteks terbatas.
è    Belajar dalam tahap-tahap: proses bertahap (instrumental) dosen pengampu dalam psikologi belajar memberi pengetahuan, misalnya penggunaan media online dalam belajar. Yakni penggunaan gtalk dan kemudian ujian online.
Dalam hal ini berkaitan juga dengan teori oleh tokoh dalam psikologi belajar yakni:
-Bruner (discovery learning) peserta didik dengan aktif mecari informasi sendiri, dimana aplikasinya dalam pembelajaran psikologi belajar ialah:
-       Dalam belajar psikologi belajar dosen menginstruksikan mahasiswa membuat resume terlebih dahulu sebelum perkuliahan dimulai, mahasiswa aktif mencari isi resume dari berbagai sumber
-Kolb (acomodator/doer: pelaku) pelaksanaan tugas maupun ujian online dalam psikologi belajar dilakukan oleh individu dengan melakukan “do” sehingga memungkinkan mahasiswa mendapatkan pengalaman yang berguna dan membangun nantinya.

2.komponen inkuiri (inquiry) ; sebagai strategi belajar (laksanakan kegiatan inkuiri untuk mencapai kompetensi yang diinginkan di semua bidang studi). Komponen inquiri sendiri bersifat:
• Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman yang d iawali dengan pengamatan, lalu berkembang untuk memahami konsep/fenomena; Dalam pembelajaran psikologi belajar dilaksanakan tugas observasi yang dimana meliputi metode belajar apa yang dilaksanakan dalam  suatu jenjang pendidikan dan membuat mahasiswa memahami dan memaknai implikasi dari teori yang diperoleh selama perkuliahan dan fenomena belajar seperti apa yang sedang terjadi “trend”, tidak hanya mengetahui teori.
• Siklus yang terdiri dari mengamati, bertanya, menganalisis dan merumuskan teori, baik perorangan maupun kelompok.
Dalam perkuliahan psikologi belajar yang diisi dengan metode presentasi yakni mahasiswa memperrhatikan  presenter dan memaknai lalu dapat mengajukan pertanyaan sehingga terjawab dan disusun dalam kognitif dengan baik.
• Mengembangkan dan menggunakan keterampilan berpikir kritis.
Selain mempersilahkan bertanya pada sesi presentasi dosen pengampu juga mengasah ketremapilan kritis dalam penggunaan media online dalam pembelajaran psikologi belajar yaki dengan memberi comment pada blog teman yang dapat berupa pertanyaaan, kritik membangun, maupun saran.
Dalam hal ini berkaitan juga dengan teori oleh tokoh dalam psikologi belajar yakni:
è    Bruner yang mencetuskan bahwa dalam belajar ada beberapa tahapan yaitu:
-Tahap Informasi
è    Pada tahap ini individu yang melakukan proses belajar dengan memasukkan dan menyusun informasi yang ia dapat ke dalam kognitifnya. Aplikasinya ialah penerimaan informasi dari presenter dalam perkuliahan psikologi belajar.
 -Tahap Transformasi
è   Meliputi penyusunan informasi dan menrefleksikannya apakah ada kaitannya dengan informamasi yang telah dimiliki sebelumnya.
-Tahap Evaluasi
è    Mengevaluasi apakah hal dilakukan sudah tepat, yang dapat dilakukan dengan bertanya.

3.komponen bertanya (questioning) ; sebagai keahlian dasar yang dikembangkan (bertanya sebagai alat belajar: kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya).
mirip dengan komponen inquiry, pada komponen ini dosen pengampu memberi kesempatan dan merangsang rasa ingin tahu dan kemapuan bertanya mahasiswa dengan kesempatan bertanya dan comment blog.

4. komponen masyarakat belajar (learning community) ; sebagai penciptaan lingkungan belajar (ciptakan masyarakat belajar / dalam kelompok).
Dalam pembelajaran psikologi belajar mahasiswa didik dibagi dalam beberapa kelompok. Kelompok-kelompok tersebut bekerja sama mengerjakan tugas makalah dan observasi, maupun melaksanakan presentasi.
Dalam hal ini berkaitan juga dengan teori oleh tokoh dalam psikologi belajar yakni:
è - Landa: ketika dalam kelompok, kecenderungan cara berpikir yang digunkanan yakni cara berpikir heuristik, dimana melihat suatu hal dari berbagai sudut. Pengaplikasian konkritnya ialah pada penugasan observasi dan membuat laporan yang didalamnya diinstruksikan untuk membuat implikasi teori, disini setiap anggota kelompok mencoba berpikir dengan banyak sudut, atau arah sehingga dapat mengaitkan hasil observasi dengan banyak teori juga.

5.komponen pemodelan (modelling) ; model sebagai acuan pencapaian kompetensi (tunjukkan 'model' sebagai contoh pembelajaran; benda-benda, karya inovasi, dll).
Dalam pembelajaran psikologi belajar, pemodelan dimana tidak hanya berupa orang yag bersifat acuan tetapi juga acuan tugas seperti ketika membuat tugas makalah dosen pegampu menunjukkan contoh makalah yang jelas membuat daftar pustaka, dikarenakan pada saat itu ada beberapa kelompok yang melakukan kesalahan.

6.komponen refleksi (reflection) ; sebagai langkah akhir dari belajar (lakukan refleksi di akhir pertemuan agar pembelajar 'merasa' bahwa hari ini mereka belajar sesuatu). Diakhir perkuliahan psikologi belajar dosen acapkali mengajak menyimpulkan apa saja hal yang telah dipelajari, yang berupa review, resume, dalam poin-poin yang dicoba untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

7.komponen penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) ; lakukan penilaian yang sebenarnya; dari berbagai sumber dan dengan berbagai cara. Dalam hal ini juga berkaitan dengan teori gagne, yaitu:
-Menilai Kinerja. Setelah pelaksanaan tugas,presentasi  maupun posting blog dosen pengampu mecoba memberi penilaian baik berupa nilai yakni pada tugas, maupun comment dalam posting blog.

SUMBER REFRENSI:
http://ipankreview.wordpress.com/tag/ctl/ (Diakses pada 21 Desember 2010, pukul 12.30)
Hergenhahn, B.R & Olson, M.H. 2008. Theories of Learning (Teori Belajar). edisi ke-7. Jakarta : Kencana Prenada Mulia

Kamis, 09 Desember 2010

Implikasi Teori Belajar pada Ujian Online

Dari jalannya uji coba ujian online yang dilakukan didapati kaitannya dengan beberapa teori belajar beberapa tokoh dengan prinsip-prinsip belajar yang mereka paparkan, diantaranya sebagai berikut:
  • Teori belajar P AVLOV
-          Belajar stimulus-respon: belajar merupakan proses stimulus-respon dimana aplikasinya ialah dosen pengampu yang memberikan stimulus yakni berupa soal yang diposting di blog dan mahasiswa memberikan respon dengan menjawab dan melakukan posting juga di blog masing-masing.
-          Eksitasi: adanya “kegairahan” dalam proses belajar yakni aplikasinya dalam ujian online adalah ketika melakukan uji coba online mahasiswa memiliki perlu ketertarikan terhadap ujian online itu sendiri sehingga akan mempermudah proses belajarnya.
-          Inhibition: dalam belajar acap kali ditemui hambatan (inhibition) dan dalam uji coba online ini sendiri juga terdapat hambatan yakni diantaranya koneksi internet ataupun listrik padam ketika baterai laptop low.

·         Teori belajar THORNDIKE
-          Law of readiness: mengingat inti teori belajar Thorndike ialah koneksionisme, ia memaparkan bahwa seseorang akan lebih mudah melakukan koneksionisme ketika ia siap. Aplikasinya adalah ketika akan dilakukan uji coba ujian online yang sebelumnya belum pernah dilakukan, saya berusaha mempersiapkan segala hal-hal yang dibuthkan dalam ujian online dan yang menunjang kelancaran ujian online itu sendiri, saya mengasumsikan akan lebih mudah untuk belajar online yang akan dilaksanakan.
Contohnya ketika mendapat instruksi akan melakukan ujian online melalui gtalk maka saya mempersiapkan gtalk saya terkoneksi benar dan akan mempermudah saya dalam belajar mengenai ujian online ini.
-          Transfer of learning: Hasil belajar pada satu hal atau pembelajaran yang pernah didapat menjadi modal dalam proses belajar hal yang lainnya, aplikasinya dimana ketika ujian online ini sendiri menggunakan media internet yakni gtalk dan blog yang sebelumnya telah diajarkan dan digunakan pada mata kuliah Andragogi dan sekarang dieksplor lebih dengan ujian online, maka disini saya mentransfer ilmu dan pengetahuan mengenai blog dan gtalk terdahulu dalam ujian ini.
-          Belajar dalam tahap-tahap: Pembelajaran saya mengenai penggunaan internet  dalam perkuliahan/pendidikan sendiri dengan memulai dari menggunakan gtalk sebagai sarana chat antara dua orang, kemudian dengan grup lalu saat ini digunakan sebagai sarana ujian online merupakan aplikasi konkrit dari prinsip belajar Thorndike mengenai belajar merupakan prosesyang bertahap-tahap.
  • Teori belajar BRUNER
Aplikasi teori belajar Bruner diantaranya pada “3 tahap dalam belajar” yang ia paparkan:
1.      Tahap Informasi
Pada tahap ini individu yang melakukan proses belajar dengan memasukkan dan menyusun informasi yang ia dapat ke dalam kognitifnya. Aplikasinya ialah ketika terdahulu mendapatkan pengetahuan mengenai teori-teori belajar dan termasuk juga penggunaan blog, gtalk dan chat grup gtalk.
2.      Tahap Transformasi
Dalam tahap yang kedua ini si individu mencerna dan menganalisa informasi yang telah dimasukkan sebelumnya dengan konsep yang telah ada. Setelah memasukkan informasi mengenai teori, penggunaan gtalk dan blog maka ketika ujian coba online dilakukan saatnya menggunakannya dan mengaitkan teori yang telah ada sebelumnya.
3.      Tahap Evaluasi
Tahap pengecekan dan evaluasi apakah hal dilakukan sudah tepat. Ketika melakukan entri baru di blog dalam uji coba online, maka sebelum melakukan posting hal dilakukan ialah memeriksa kembali.

·         Teori belajar LANDA
Dalam teori belajar Landa ia menjelaskan mengenai dua cara berpikir dan salah satunya ialah cara berpikir heuristik, yakni cara berpikir divergen, yang mana dapat dilakukan dengan beberapa arah. Aplikasinya dalam uji coba online yang telah dilakukan ialah lebih kepada soal yang diberikan dosen pengampu dimana menjelaskan pengalaman uji coba ujian online dengan teori-teori belajar berbagai tokoh, disini cara berpikir heuristic dibutuhkan yakni uji coba online yang telah dilakukan coba dipandang dari berbagai sudut yang dalam hal ini teori tokoh-tokoh yang dimana tokoh-tokoh pencetus teori belajar itu sendiri berasal dari berbagai aliran seperti behavior, kognitif, dll.

·         Teori belajar SKINNER
Skinner menjelaskan bahwa adanya peran penting dari reinforcement (penguat) dan feedback dalam proses seorang individu belajar. Hal tersebut juga tercermin dalam pelaksanaan uji coba ujian online, yakni aplikasi konkritnya pada pemberian komentar yang dilakukan dosen pengampu pada postingan yang dilakukan si mahasiswa yang menjawab soal. Dalam komentar yang diberikan dosen memberikan reinforcement positive  ketika postingan tersebut dinilai baik dan juga feedback yang membangun.

Sumber Refrensi:
B.R. Hergenhahn & Matthew H.Olson (2009) .Theories of Learning , Edisi Ketujuh. Jakarta: Kencana.

Kamis, 02 Desember 2010

Perbandingan Ujian Online dengan Ujian Konvensional

Ujian online dan ujian konvensional berbeda serta memiliki kelebihan juga kekurangan masing-masing. Dalam kesempatan ini coba ditinjau dari teori Konstruktivisme.

Pada teori ini selain pebelajar dituntut aktif juga meliputi beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran, yaitu: 
(a) mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam kontek yang relevan, 
(b) mengutamakan proses,
(c) menanamkan pembelajran dalam konteks pengalaman social, 
(d) pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman

Dari hal-hal diatas dijabarkan perbandingan mengenai ujian online dan ujian konvensional dengan mengadaptasi keempat prinsip tersebut yakni:
  1. Dengan ujian online menuntut si individu untuk lebih aktif dimulai dari persiapan diri hingga proses ujian yakni mencari dari berbagai sumber, berbeda dengan ujian konvensional/tertulis yang lebih membentengi sumber yang digunakan. 
  2. Untuk poin yang kedua ujian online dan ujian konvensional sama-sama nyata dan mengutamakan konteks yang relevan.
  3. Penanaman pengalaman sosial pada si individu dianggap lebih terasah pada ujian online dimana dikarenakan si individu yang aktif dan mengeksplor ilmu maupun penggunaan internet misalnya melalui trial and error  dan masukan serta pengalaman teman yang disharing lebih dijumpai dalam penggunaan media internet, berbeda dengan ujian konvensional yang kurang mengasah serta peluang si individu untuk bertukar pengalaman.
  4. Ujian online lebih mengkonstruksi pengalaman dimana ketika ujian online-ujian online maupun perkuliahan online yang telah dilakukan sebelumnya mungkin terdapat kendala-kendala yang dilalui dan ketika ujian online dilakukan lagi akan membuat si individu belajar dari pengalaman dan melakukan hal yang lebih baik lagi, berbeda dengan ujian konsvensional yang didalamnya kurang ada hambatan/kendala sehingga pengalaman yang didapat dan pengkonstruksian lebih minim.


Sumber Refrensi:
www.muhfida.com/KONSTRUKTIVISTIK.doc

Pendekatan teori Thorndike

Dalam melakukan  ujian online yang saya lakukan dalam hal ini berkaitan dengan prinsip-prinsip teori Thorndike. Hal tersebut diantaranya teraplikasi dalam:
  • Law of readiness: Thorndike menjelaskan mengenai prinsip belajarnya bahwa seseorang akan lebih mudah melakukan koneksionisme ketika ia siap. Dimana kesiapan itu bermakna bahwa ia siap untuk menerima hal yang akan dipelajari. Aplikasinya adalah yakni ketika akan dilakukan uji ujian online yang belum pernah dilakukan sebelumnya dan saya berusaha mempersiapkan dengan segala hal-hal yang saya lakukan pada posting sebelumnya, saya mengasumsikan akan lebih mudah untuk belajar online yang akan dilakukan. Contohnya ketika mendapat instruksi akan melakukan ujian online melalui gtalk maka saya mempersiapkan gtalk saya terkoneksi benar dan akan mempermudah saya dalam belajar mengenai ujian online ini.
  • Transfer of learning: Dalam ujian online ini juga mengadaptasi prinsip belajar Thorndike lainnya yaitu transfer of learning yakni hasil belajar pada satu hal atau pembelajaran yang pernah didapat menjadi modal dalam proses belajar hal yang lainnya, dimana ketika ujian online ini sendiri menggunakan media internet yakni gtalk dan blog yang sebelumnya telah diajarkan dan digunakan pada mata kuliah Andragogi dan sekarang dieksplor lebih dengan ujian online, maka disini saya melakukan ilmu dan pengetahuan mengenai blog dan gtalk terdahulu dalam ujian ini.
  • Belajar dalam tahap-tahap: Pembelajaran saya mengenai penggunaan internet  dalam perkuliahan/pendidikan sendiri dengan memulai dari menggunakan gtalk sebagai sarana chat antara dua orang, kemudian dengan grup lalu saat ini digunakan sebagai sarana ujian online merupakan aplikasi konkrit dari prinsip belajar Thorndike mengenai belajar merupakan proses bertahap (instrumental) .
  • Law of exercise: Perisapan yang saya lakukan akan perkuliahan/pendidikan dengan saran internet ini juga mengadaptasi teori Thorndike mengenai law of exercise yakni belajar dilakukan secara berulang yang bertujuan menyempurnakan penguasaan. Aplikasi hal tersebut tercermin ketika saya melakukan penggunaan gtalk, blog dalam perkuliahan/pendidikan secara berulang dari satu waktu ke waktu lain maka dalam mempersiapkan ujian online ini sendiri akan lebih mudah.


Sumber Referensi:
Hergenhahn, B.R & Olson, M.H. 2008. Theories of Learning (Teori Belajar). edisi ke-7. Jakarta : Kencana Prenada Mulia
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik 

Kesan Uji Coba Ujian Online

Adapun persiapan saya dalam mengikuti ujian online dalam mata kuliah Psikologi Belajar ini yakni:
  • Berkaitan dengan instruksi dosen pengampuh bahwa akan diadakan ujian online dan materi yang mungkin diujiankan berasal dari apa yang telah dipresentasikan maka saya mencoba meriview materi-materi tersebut yakni teori belajar dari beberapa tokoh
  • Media yang digunakan dalam menunjang ujian online yang akan dilakukan ialah gtalk maka saya memastikan gtalk terdownload benar, hal tersebut dikarenakan saya yang baru menginstal ulang laptop.
  • Mencoba online dengan gtalk yang telah saya download.
  • Review terhadap tugas laporan observasi pada strata pendidikan yang dilakukan berkelompok.
  • Membawa charger laptop, sebagai antisipasi jika baterai lowbat ketika ujian.
  • Membawa modem, sebagai antisipasi ketika wi-fi di kampus bermasalah.
  • Memeriksa dan memastikan conection modem berjalan dengan baik sebelum ujian dilaksanakan.


Rabu, 17 November 2010

Tugas Observasi Psikologi Belajar

 “Laporan observasi SD IT Bunayya”

Oleh:
Kelompok 1


download file versi word --> klik



Lokasi, dan Waktu Observasi

Lokasi                            : SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) BUNAYYA
  Jln.Beo no 76 G Sei Sikambing B Medan Sunggal 20122
Waktu                            : 07.15 WIB - 11.20 WIB (Senam pagi, Proses belajar kelas 2a,3a,4a)
Hari/tgl/bln/thn                : Jumat,05 november 2010


foto-foto suasana sekolah <--klik disini jg bisa


Subjek, Objek dan Uraian Hasil Observasi 
·         Observasi ke-I
Senam pagi.

Jumlah murid              : 311 Siswa



 07.15: Para siswa dipersiapkan untuk bebrabris oleh guru sesuai dengan kelas mereka-masing-masing. Posisi dari sisi paling kanan dimulai dari kelas satu hingga sampai posisi paling kiri oleh kelas enam. Kemudian Guru instruktur olahraga senam memberikan aba-aba persiapan, sebelum musik di hidupkan , dnegan bertanya “apakah semua sudah siap?” atau dengan bahasa inggris mapun bahasa arab, yang nantinya kemudian di jawab bersam-sama oleh anak-anak. Seteleh anak-anak memberikan respon, maka guru pun menghitung hitungan singkat dari satu hingga tiga dan musik senam di mulai. Posisi paling depan barisan biasanya diisi oleh siswa yang sudah mahir dalam melakukan gerakan dari pada teman yang lainnya, dengan konsep seperti ini para guru bertujuan agar para siswa nantinya bias melihat teman-temannya yang berada di posisi depan dan mengikuti gerakan temannya jika mereka lupa gerakan tersebut atau pada kelas satu yang juga masih melihat dan melakukan imitasi secara keseluruhan bagaimana proses senam karna belum bias menghapal secara keseluruhan. Teman-teman yang di depan ini lah yang nantinya menunjukkan dan mengarahkan teman-teman dalam setiap gerakan senam. Para guru juga mulai ikut melakukan gerakan senam bersama para siswa, para guru mengambil posisi daerah senam yang berbeda-beda. Ada beberapa guru yang mengambil posisi di sayap belakang, ada yang di depan juga ataupun disamping barisan siswa. Guru juga memilki peran untuk membantu dan menunjukkan kepada siswa gerakan senam yang bersemangat sehingga siswa mau ikut berolahrga bersama-sama dan melakukan gerakan senam yang benar secara keseluruhan. Selama lima belas menit senam berlangsung, ada banyak gerkan yang terjadi mulai gerkan yang sederhana seperti jalan di tempat hingga yang komplek seperti berlompat sambil mengayungkan tangan. Semua siswa mengikuti proses senam hingga akhir senam. Dan setelah selesai mereka kemudian di bubarkan barisannya oleh instrktur senam yaitu guru olahraga senam dengan menggunakan toa dan menuju ke kelas mereka masing-masing.


·         Observasi ke-II
Kelas                           :  4a
Mata pelajaran             : Sains
Guru                            : Pak Bintang Syahputra
Jumlah murid                : 24 siswa
Waktu                         : 08.30 WIB pagi – 09.00 WIB


 



08.30:  Guru mengajarkan pelajaran dengan menjelaskan topik pelajaran di depan kelas serta mengikutsertakan siswa untuk aktif dengan memerintahkan beberapa siswa membaca beberapa konsep pelajaran yang tertera dibuku secara berganti-gantian. Beberapa siswa yang ditunjuk mulai membaca dan setelah mereka membaca maka kemudian pak guru mulai menambahkan penjelasan dari dari bacaan yang dibaca siswa tersebut kepada seluruh siswa di kelas dengan contoh yang bekaitan. Misalnya pada sub topik mengenai pencahayaan maka pak guru mencoba menggambarkan bagaimana pencahayaan bisa kita peroleh dari benda-benda di sekitar kita seperti lampu semprong yang juga merupakan sumber pencahayaaan yang sederhana, juga ada dan ada sumber pencahayaan yang terbesar adalah matahari. Kemudian siswa yang lainnya disuruh untuk membaca sub topik mengenai pembakaran, bagaimana proses suatu benda bisa mengalami pembakaran namun nantinya benda tersebut dapat menjadi benda yang berguna misalnya lampu petromak yang dulunya menjadi lampu yang sangat dipakai sebelum adanya listrik dan bola lampu, pak guru juga menjelaskan bagaimana lampu petromak tersebut memilki sumbu yang bisa dibakar dan nantinya mengeluarkan percikan api yang bisa digunakan sebagai penerang di malam hari.


08.35:  Guru memberikan perintah kepada siswa untuk mnegerjakan tugas latihan yang ada di buku panduan mereka mengenai topik yang bersangkutan. Ternyata beberapa siswa sudah mengerjakan dan beberapa yang lainnya belum mengerjakannya.

09.00:  Guru menambahkan jumlah soal yang harus dikerjakan agar para siswa yang sudah mengerjakan tidak membuat keributan dan mengerjakan tugas latihan sehingga susana belajar di ruangan kelas tersebut bisa lebih kondusif.




·         Observasi ke-III

Kelas                            : 3A
Jumlah siswa                : 23 siswa
Mata pelajaran              : Matematika
Guru                            : Ibu Liliani S.Pd
Waktu                         : 09.00 WIB -10.20 WIB




09.00:  Guru masuk ke dalam kelas dan menyapa para siswa kemudian siswa menjawab salam ibu. Setelah
itu guru memberikan perintah agar anak-anak mengumpulkan tugas mereka ke meja ibu guru dan ibu guru memulai mengoreksi tugas siswa.
Kemudian ibu guru membuka topik mata pelajaran Matematika hari ini. Dengan topik “Satuan Waktu” mengenai hitungan satuan detik, menit dan jam yang sebelumnya sudah pernah disinggung pada pertemuan yang lalu. Namun, sebelumnya ibu guru mencoba bertanya mengenai pelajaran yang lalu, yang juga memiliki kaitan atau hubungan dengan topik hari ini. Hampir seluruh siswa menjawab pertanyaan ibu bersama-sama. Lalu, ibu guru memulai topik pelajaran dengan menulis beberapa konsep mengenai hitungan satuan detik, menit dan jam di white board. Kemudian ibu menjelaskannya kepada siswa dan para siswa  memperhatikan penjelasan ibu guru seraya mengikuti perkataan ibu dan mencoba memahaminya.


09.20Guru memberikan contoh soal dan memerintahkan siswa untuk menjawabnya bersama-sama kemudian bertanya untuk mengetahui mengenai pemahaman mereka. Setelah siswa mulai memahami konsep dasar topik hari ini, ibu mencoba menghubungkan konsep yang telah dijelaskan pada hari sebelumnya mengenai konsep dasar menit, detik dan jam dengan mengaplikasikan konsep tersebut dalam proses pengoperasian hitungan. Kemudian ibu menulis penjelasan mengenai detik, menit dan jam di white board sembari juga diikuti dengan tanggapan para siswa mengenai konsep tersebut. Ibu memberikan beberapa contoh penyelesaian pengoperasian perhitungan misalnya “jika 3 jam + 120 menit maka kita akan memperoleh berapa jam ?” kata ibu guru. Ibu guru mencoba mengikutsertakan anak-anak murid untuk menjawab dan jika anak-anak masih ragu menjawab maka ibu membantu dengan mengembalikan kepada konsep dasarnya sehingga akhirnya mereka bisa menjawab dengan jawaban yang benar yaitu “5 jam”. Setelah soal tersebut terpecahkan maka ibu mencoba memberikan feedback apakah anak-anak sudah memahami perhitungan tersebut. Beberapa murid sangat bersemangat untuk mencatat namun ada juga beberapa yang masih ribut dan hanya menggoyangkan tempat duduk sembari tidak mencatat dan mematuhi instruksi ibu guru sehingga ibu memrintahkan untuk semua siswa tidak ribut dan mencatat dengan baik tanpa mengganggu teman yang lainnya. Dan akhirnya semua siswa mencatat dan tak satupun yang ribut dan mengganggu teman-teman yang lainnya.
Namun, masih ada beberapa  siswa yang masih belum paham sehingga ibu guru membuat contoh soal berikutnya agar bisa dijawab bersama oleh seluruh siswa di kelas, hingga contoh ketiga ada siswa yang menjawab dengan semangat namun ternyata salah tetapi tetap dibimbing ibu guru dan ibu guru mencoba bertanya lagi kepada seluruh siswa dan akhirnya para siswa menjawab cara penyelesainnya dan ibu guru menuliskannya di white board agar para siswa bisa melihat cara dan hasil penyelesaian tugas tersebut.


09.30:  Ibu  guru memberikan siswa kesempatan untuk mencatat konsep dasar yang telah ibu guru tuliskan di white board dan juga beberapa contoh soal yang telah dijelaskan pada buku catatan mereka.


09.45Setelah beberapa menit diberikan waktu untuk mencatat, ibu kemudian memberikan perintah kepada beberapa siswa untuk mengerjakan contoh soal di white board dan beberapa siswa mulai mengangkat tangan mereka untuk dipilih menjadi salah satu yang mengerjakan contoh soal. Salah satu siswa laki-laki maju ke depan dan mencoba mengerjakan contoh soal yang ibu guru berikan dan saat ia mengerjakan soal ibu guru juga membantunya jika ia mengalami kebingungan dan setelah ia mampu mnegerjakan ibu memberikan siswa tersebut pujian dan memberikan kesempatan siswa lainnya untuk mengerjakan contoh soal ke depan.
Sehabis beberapa siswa maju ke  depan dan menjawab beberapa contoh soal yang diberikan ibu guru maka kemudian ibu guru memberikan kesempatan pada seluruh siswa untuk mengerjakan tugas latihan yang ada didalam buku panduan mereka, kemudian ibu memulai bertanya apakah semua siswa sudah selesai mengerjakan tugas yang ibu berikan. Kemudian beberapa siswa sudah selesai mengerjakan tugas latihannya dan beberapa masih sibuk dibangkunya sambil menghitung di buku “coret-coret” mereka dan ada siswa yang lainnya masih asyik bersenda gurau bersama temannya walaupun sebenarnya ia udah selesai mengerjakan tugasnya. Siswa yang sudah selesai mengerjakan tugas latihan diminta untuk menjawabnya di white board agar teman-temannya bisa melihat cara penyelesaian yang benar pada soal tugas tersebut. Beberapa siwa yang sudah selesai mulai datang ke meja ibu guru untuk meminta ibu guru mengoreksi tugas latihan mereka dan bagi siswa yang mendapat nilai yang bagus berkisar sembilan atau 10 maka akan diberikan simbol bintang pada buku tulisnya yang menjadi simbol reward bagi siapa yang mendapat nilai bagus dan jika telah terkumpul banyak maka setelah akhir semester ibu guru akan memberikan hadiah bagi siswa yang memilki simbol bintang terbanyak di buku latian tugas Matematika mereka.
Bagi siswa yang bisa menjawab benar maka ibu guru menyuruhnya untuk mengerjakan beberapa soal latihan yang diberikan tadi di white board agar bisa dilihat oleh teman-temen sekelas yang lainnya.
Jika siswa sudah selesai mengerjakan tugasnya dan telah diberi nilai oleh ibu guru maka siswa tersebut bisa keluar dari kelas dan melakukan persiapan wudhu untuk sholat dhuha. 


10.20Bel berbunyi yang menandakan mata pelajran Matematika telah berakhir dan waktunya untuk melaksanakan sholat dhuha, maka ibu guru menutup perjumpaan dan topik hari ini dan memberikan instruksi kepada siswa yang belum megerjakan soal untuk bisa dikerjakan di rumah dan dikumpulkan ketika mata pelajaran Matematika berikutnya dan akhirnya ibu guru mengakhiri perjumpaan hari ini dengan salam dan para siswa keluar dari kelas dan mempersiapkan diri untuk melakukan sholat dhuha bersama di kelas masing-masing.





·         Observasi ke-IV


Kelas                                     : 2a
Mata pelajaran                       : KTK
Siswa                                     : 25 siswa
Guru                                      : Ibu Asmayarni S.Pd
Waktu                                   :10.00 WIB -11.00 WIB
video part 1
video part 2




10.00Ibu guru membuka kelas dengan menyapa anak dengan salam. Kemudian ibu guru mencoba untuk membuka topik hari ini dengan memberikan penjelasan mengenai persiapan mata pelajran KTK minggu depan mengenai pembuatan gambar cetak menggunakan daun, dan para siwwa memberi tanggapan dengan menanyakan daun yang dibawa apakah boleh berbagai bentuk seperti daun magga atau apapun, dan ibu guru boleh menjawab bisa dibawa akan tetapi jangan yang terlalu besar. Bahan yang perlu dibawa ialah 3 lembar daun, bantalan stempel dan serta merta ibu guru memberikan contoh daun di buku panduan KTK mereka, dan ibu  sekali lagi memberikan instruksi agar dicatat dan jangan lupa untuk dibawa pada hari Jumat minggu depan, kemudian ibu guru menulis beberapa barang yang harus dibawa anak-anak untuk untuk membuat suatu kerajinan tangan minggu depan. Maka para siswa mulai mencatat beberapa barang yang tertera di white board.


10.35:  Setelah mencatat beberapa barang yang akan dibawa minggu depan maka ibu guru memberikan penjelasan mengenai topik yang hari ini akan disampaikan mengenai berbagai macam “Sumber Bunyi. Ibu guru memberikan instruksi kepada siswa untuk membuka buku panduan mereka mengenai topik hari ini. Ibu menjelaskan ada dua macam sumber bunyi utama yaitu sumber bunyi dari alam dan sumber bunyi buatan kepada seluruh siswa. Dan mencoba meminta tanggapan siswa mengenai contoh beberapa sumber bunyi dari alam dan para siswa menjawab seperti suara dari hewan, manusia dan lain-lain. Kemudian ibu guru bertanya lagi kepada siswa mengenai beberapa contoh dari bunyi buatan lalu para siswa menjawab dengan contoh suara gendang, dan kemudian ibu memeragakan suatu tindakan tepuk tangan dan bertanya kepada para siswa apakah suaara tepuk tangan merupakan bunyi buatan dan para siswa menjawab tepuk tangan merupakan suara buatan. Dan siswa lainnya memberikan contoh lain dari benda yang merupakan bunyi buatan seperti gitar, dsb.
   Ada dua orang siswa yang tidak membawa buku dan akhirnya membaca bersama buku teman disampingnya, susana kelas masih kurang kondusif sehingga ibu guru memberikan perintah agar para siswa mulai membaca bukunya bersama-sama dan memperhatikan penjelasan ibu guru. Kemudian ibu guru memberikan beberapa pertanyaan kepada para siswa menjawab pertanyaan ibu sesuai dengan tulisan yang tertera di buku anduan mereka. Selanjutnya ibu guru memperkenalkan konsep mengenai beberapa jenis suara buatan , ibu guru membawa  benda seperti kaleng kemudian menunjukkan kepada ank-anak bagaimana kaleng mengeluarkan suara dan setelah mencoba memukulnya atau mendetingkannya dengan benda lain, kemudian anak-anak memerhatikan penjelasan ibu guru dan memahaminya. Kemudian ibu guru mencoba mengarjakan anak-anak untuk menyanyikan suatu lagu nasional dengan iringan suara kaleng yang diperagakan ibu guru.
     Setelah mereka benyanyi bersama, maka ibu menjelaskan mengenai konsep lainnya tentang sumber bunyi, lalu ibu guru mencoba menjelaskan bagaimana nada bisa tercipta, kemudian anak-anak mencoba menciptakan not nada dari suara mereka bersama.


11.00:  Setelah mereka mendengar penjelasan ibu guru mengenai sumber suara dan nada, mereka juga melakukan beberapa aplikasi dari konsep yang dinstruksikan ibu guru kemudian ibu guru membacakan inti penjelasan hari ini dengan memerintahkan anak-anak untuk mencatat penjelasan ibu guru di buku mereka masing-masing.


11.20Beberapa saat setelah anak-anak mencatat penjelasan ibu guru, bel berbunyi dan mata pelajaran berakhir. Ibu guru mengakhiri pertemuan hari ini dan mencoba mengingatkan kepada siswa mengenai persiapan barang-barang yang akan dibawa untuk pertemuan minggu depan. Dan para siswa merespon perintah ibu dan akhirnya ibu guru mengakhiri kelas dengan salam sambil menunggu siswa menjawab salam, dan akhirnya ibu guru keluar dari ruangan kelas.


Telaah Hasil Observasi

Pada telaah observasi ini kami mencoba mengaitkan hasil observasi kami dari mulai proses senam pagi dan
metode belajar mengajar di kelas dengan beberapa teori psikologi belajar.
Beberapa teori tersebut, antara lain:


1.      Teori Krathwohl
Berdasarkan observasi yang kami lakukan bahwa dalam proses belajar khususnya pada pelajaran Matematika kelas III A juga berkaitan dengan teori belajar Krathwohl yang terjabar dalam taksonominya yakni:

v  Penerimaan (Receiving/Attending)
Berupa memberikan perhatian pada fenomena atau pembelajaran dalam lingkungannya yang meliputi mempertahankannya, dan mengarahkannya. Disini terlihat ketika guru datang dan memulai proses belajar yang pada hari itu mengenai “satuan waktu” yakni detik, menit, dan jam dimana siswa memberi perhatian yang diawali dengan perhatian adanya keberadaan gurunya, kemudian perhatian terhadap penjelasan guru tersebut.

v  Tanggapan (Responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan. Dalam hal ini siswa atau anak didik melakukan proses bertanya atau menyahuti guru yang menjelaskan pelajaran setelah tadinya memberi perhatian.

v  Penghargaan (Valuing)
Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Ketika sudah memberi tanggapan akan pelajaran dan mengerti maka siswa mencatat catatan beserta contoh yang diberikan di white board ke buku mereka dengan rapi.

v  Pengorganisasian (Organization)
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten. Setelah melakukan tiga tahapan diatas maka para murid diberi instruksi menyelesaikan soal atau yang dapat disebut “konflik”, dan mengaitkan pelajaran yang sebelumnya. Hal tersebut coba dibuktikan guru dengan memanggil beberapa murid menyelesaikan soal di depan kelas.

2.      Teori Landa
Menurut Landa, ada dua macam proses berpikir yang disini berkaitan dengan dua proses belajar yang kami observasi, yakni pelajaran Matematika di kelas III A dan KTK (Kerajinan Tangan dan Kesenian) di kelas II A.
Cara berpikir pertama yang coba dijelaskan Landa yakni yang disebut proses berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir linier, konvergen, lurus menuju ke satu target tertentu. Cara berpikir ini kami lihat kaitannya dengan proses belajar Matematika, dimana misalnya saja pada saat pengerjaan soal dari buku si anak mengerjakan soal tersebut dengan satu jalan penyelesaian atau yang disebut “rumus”.
Sedangkan cara berpikir yang kedua adalah cara berpikir heuristik, yakni cara berpikir divergen, yang mana dapat dilakukan dengan beberapa arah. Dalam cara berpikir yang kedua menurut Landa ini kami lihat aplikasinya ketika dalam proses belajar mata pelajaran KTK (Kerajinan Tangan dan Kesenian), yang dimana guru ketika menjelaskan materi pelajarannya acap kali bertanya pendapat atau jawaban dari siswa didiknya. Misalnya yakni ketika itu mereka belajar sedang memepelajari mengenai sumber bunyi, disana guru menanyakan sumber dapat berasal dari mana saja, kemudian para siswa mencoba menjawab dari berbagai pandangan mereka yang diakhir akan dievaluasi oleh sang guru.

3.      Teori Ausubel
Dalam teori belajarnya Ausubel menjelaskan mengenai peran guru atau pengajarlah yang aktif dalam proses belajar yakni menyiapkan bahan ajar dan memikirkan penyampaian yang baik, sedangkan murid atau anak didik hanya berperan pasif. Kaitannya dalam observasi yang kami lakukan ialah dalam tiga pelajaran yang coba kami amati yakni Matematika, Seni rupa, dan Sains bahwa peran gurulah yang aktif dalam proses belajar. Hal tersebut berlangsung mungkin kaitannya dengan jenjang pendidikan yang kami amati yakni Sekolah Dasar.
Selanjutnya pemaparan belajar menurut Ausubel yakni model hierarki yang sistematis, dimana materi yang didapat disampaikan dengan runtut yang diawali dari hal umum kemudian ke hal khusus kami lihat tercermin seperti pada proses belajar Seni rupa yang dimulai dari pendefenisian sumber bunyi, kemudian masuk ke jenisnya lalu contohnya, dan proses tersebut kesemuanya juga coba diakomodir oleh guru.

4.      Teori Instrumental Leaning “Skinner

Reinforcment Positive Concept
Menurut Skinner sendiri, reinforcement positive merupakan suatu penguat yang menyenangkan yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas perilaku yang diinginkan. 
Dalam metode belajar yang diberikan oleh pendidik pada kelas IIA mengikutsertakan konsep reinforcement positive di dalamnya. Seperti yang telah kami utarakan pada pemamapran hasil observasi, bahawa ketika saat para siswa mengerjakan tugas, pendidik membrikan penguatan seperti dorongan untuk mengerjakan tugas , jika ia mau menjawab maka ibu guru akan memberikan feedback dengan pujian, juga dijelaskan bahwa jika para siswa memperoleh nilai yang bagus maka mereka nantinya akan mendapatkan tambahan simbol bintang. Dalam konsep reinforcement positive nilai, pujian dan simbol bintang jika nilai yang bagus inilah beberapa contoh gambaran nyata dari reinforecment itu sendiri yang nantinya dengan hal-hal seperti bertujuan untuk meningkatkan perilaku belajar siswa yang lebih baik dan kemuan mereka akan belajar akan semakin tinggi.



5.      Teori Kolb
Di dalam hasil observasi kami, kami juaga memaparkan kegiatan olahraga di pagi hari yaitu senam pagi. Kegiatan tersebut berlangsung setiap pagi kecuali hari Senin yang dilaksanakan oleh semua siswa dan guru sekolah tersebut. Kegiatan ini berlangsung sekitar 15 menit dengan lagu yang ceria dan nada yang memicu bersemangat. Banyak gerakan-gerkana yang membantu perkembangan psikomotor anak. Seperti berjalan ditempat, melompat, memutarkan badan, berlarilari kecil dan lainnya.
Karena itu kegiatan ini mempunyai kaitan dengan domain yang diutarakan dalam teori Kolb yaitu pada tahap Psychomotor Domain. Pada psychomotor domain berisi perilaku-perilaku yang menekankan pada aspek keterampilan motorik seperti tulisan, berenang dan kegiatan olahraga. Dan pengunaan alat indera menjadi pegangan dalam membantu gerakan.
·         Yang pertama: Kesiapan
Pada tahap ini diperlukan kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.
Pada observasi kami, para sisiwa sebelumnya di bariskan terlebih dahulu, kemudian di atur oleh para guru dalam mengatur barisan para siswa sesuai dengan kelas masing-masing. Kemudian guru instruktur olahrga memberikan aba-aba sebelum melakukan kegiatan. Dan bertanya kepada murid apakah mereka sudah siap untuk senam, maka murid menjawab dengan respon yang sangat antusias, maka setelah itu musik dihidupkan dan olahraga senam dimulai.
·         Yang kedua: Guided Response (respon terpimpin)
Disini juga merupakan tahap awal dimana para siswa mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
Kami juga memerhatikan bagaimana siswa yang berada dikelas bawah seperti kelas satu, yang masih mengandalakan instruksi dan melakukan imitasi dengan melihat kakak kelas mereka yang sudah cukup mahir yang membimbing mereka di depan barisan. Kemudian mereka juga melakukan gerakan-gerakan mencoba-coba yang juga di bantu oleh guru-guru mereka.
·         Yang ketiga: Mechanisme
Pada tahap ini para siswa membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.
Setelah mereka melakukan imitasi dan melakukan gerakan coba-coba yang meraka lihat dari teman-teman mereka yang membimbing mereka di depan barisan dan juga gerakan-gerakan yang dicontohkan oleh guru-guru mereka maka seiring waktu lama-kelamaan jika gerakan ini terus berulang maka mereka akan mulai terbiasa dan menghapal gerakan-gerakan senam, dan jika ada pengulangan gerakan-gerakan yang mereka sudah pelajari maka pada waktu senam berikutnya mereka sudah bisa mengulang gerkan-gerakan senam itu sendiri .
·         Yang keempat: Complex Overt Response (response tampak yang kompleks)
Pada tahap ini merupakan kemampuan melakukan gerakan motoris yang terampil, didalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.
Ketika mereka sudah mulai mencoba dan menghapal gerakan-gerakan senam, maka mereka secara tidak langsung akan  mulai melakukan gerakan-gerakan yang kompleks seperti dari yang termudah  gerakan jalan ditempat hingga melakukan lompatan ke kiri atau ke kanan.
Dan juga mereka akan bisa terbiasa dengan gerakan-gerakan yang cukup kompleks  dan sulit seperti ada gerakan ayunan tangan sambil melompat, mengerakkan seluruh badan ke depan, ke samping dan kebelakang atau gerakan sambil menarik tangan diikuti dengan gerakan kaki yang cukup lama.
·         Yang kelimaà Adaptation (penyesuian)
Pada tahap ini keterampilan yang sudah berkembang dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.
Jika para siswa sudah bisa melakukan gerakan senam sendiri dan menghapal gerakan-gerakan senam dengan cukup baik, maka jika mereka dihadapkan pada suatu keadaan lomba untuk kegiatan senam maka mereka bisa mengaplikasikan dan melakukan penyesuian gerakan-gerakan  secara bersamaan seperti yang telah mereka pelajari.

6.      Teori Gagne
Concept learning, Discrimination learning: kemampuan intelektual
Dari hasil observasi kami, metode belajar yang diajarkan pad mata pelajaran Matematika di kelas III A juga bisa dikaitkan dengan concept learning dan discrimination learning dari Gagne. Gagne mengutarkan bagaimana untuk memperoleh hasil belajar yang berorientasi pada kemampuan intelektual maka proses learning seperti dikriminasi dan konsep merupakan hal yang mendukung dalam memenuhi belajar kemampuan intelektual. Salah satunya adalah mata pelajaran Matematika mengenai topik pengoperasian hitungan detik, menit dan jam. Disini para siswa pada awalnya diperkenalkan konsep mengenai berapa menit yang kita perlukan jika di transformasikan ke dalam jam.
Jika para siswa siswa telah mengetahui konsep dasarnya, maka siswa disuruh untuk mengidentifikasi semua konsep mengenai menit, detik dan jam tersebut. Maka setelah itu, guru memiliki hasil akhir yang ingin dicapai yaitu kemampuan anak mengidentifikasi dan melakukan proses membedakan antara menit, detik dan jam. Dengan proses belajar mengenai konsep (concept) dan memebedakan (discrimination) ini maka  siswa akan lebih mudah untuk memhami pelajaran yang menuntut hasil kemampuan intelektual seperti pelajaran matematika.

7.      Teori Belajar Konstruktivistik
Pada observasi SD IT di kelas IIIA selama 45 menit, di pelajaran Matematika, memiliki kaitan dengan teori belajar konstruktivistik. Terlihat bahwa ada interaksi yang dilakukan guru kepada muridnya dalam membahas pelajaran. Guru memberi kebebasan bagi muridnya untuk mengeluarkan pendapat ketika proses belajar sedang berlangsung. Dialog antara guru dengan murid juga terjadi di kelas itu.
Di kelas tersebut, siswa terlihat sangat aktif. Ketika guru menulis contoh soal di depan kelas, beberapa murid dengan semangatnya menjawab soal yang ada di papan tulis. Ketika jawaban dari murid salah, guru mencoba menanyakan kembali secara berulang kepada murid, apakah yakin dengan jawabannya, dan meminta murid untuk lebih teliti lagi dalam mengkaji soal itu. Terlihat sekali cara belajar konstruktivistik di sini, dimana murid mencoba lebih mandiri lagi dalam mencari jawaban.
Guru juga bertanya pada muridnya satu persatu dari meja ke meja, bertanya kepada muridnya yang sedang mengerjakan soal yang ada di buku. Menanyakan apakah murid telah memahami materi yang tadi dibahas bersama.
Ada beberapa murid yang memang terlihat lebih pintar daripada teman yang lain, ketika yang lain masih mengerjakan tugas, ternyata mereka sudah mengerjakan tugas tersebut di rumah, dan setelah selesai diperiksa oleh guru, guru menyarankan murid tersebut untuk menyelesaikan soal selanjutnya yang ada di buku.
Karena di SD IT ini ada kegiatan sholat dhuha pada jam 10 pagi. Murid di kelas IIIA melakukannya secara mandiri. Di kelas yang kami observasi, guru memberi instruksi bagi siswa yang sudah selesai mengerjakan tugas yang diberikan, maka mereka boleh mengambil wudhu dan melakukan shalat dhuha lebih dulu.

8.      Teori Thorndike
Dari observasi yang kami lakukan pada proses belajar yang dilakukan oleh siswa SD IT Bunayya beberapa prinsip belajar Thorndike sudah terlihat diterapkan. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya yakni:
Ø  Belajar haruslah merupakan proses menyenangkan (satisfier), guru atau pendidik dalam proses ajarnya mencoba menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Dari setting kelas sendiri yang dibuat sedemikian rupa sehingga terkesan menyenangkan, dan guru juga mencoba selalu melibatkan anak didik dengan proses yang menyenangkan, menyanyi misalnya pada pelajaran KTK (Kerajinan Tangan dan Kesenian)
Ø  Law of readiness, yakni dimana individu akan lebih mudah belajar dan melakukan “koneksi” ketika ia siap, dan hal tersebut tergambar ketika guru memulai pelajaran atau proses belajar mengajar ketika para siswa telah siap, menghentikan kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan dan member perhatian serta focus pada pelajaran yang disampaikan oleh si guru.
Ø  Belongingness, dalam hal ini yaitu belajar merupakan hal yang memiliki satu kesatuan atau berkelanjutan dimana belajar bukanlah terpecah-pecah dan dengan hal tersebut menjadi mudah diingat, aplikasinya dari proses belajar yang kami observasi seperti pelajaran Matematika mengenai “Satuan Waktu” dimana mereka pelajaran mengenai detik, menit dan jam yang dipelajari oleh para siswa adalah satu kesatuan.

  1. 9.Teori Ivan Pavlov
Pada hasil observasi ini, kami juga mengaitkan proses yang terjadi juga melibatkan belajar stimulus –respon atau clasical learning yang dikemukakan Ivan Pavlov.
Dimana pada beberpa hasil observasi ini, kita bisa memperoleh gambaran betapa pentingnya stimulus yang diberikan guru seperti pertanyaan feedback, atau bertanya mengenai pemahaman siswa saat pelajaran berlangsung, yang nantinya akan direspon oleh siswa dengan berbagai tanggapan  seperti merespon dengan mengatakan “paham”, atau mengganggukan kepala, menggelengkan kepala ataupun bertanya ulang atau memberikan pertanyaan kepada guru mengenai konsep yang tidak dipahami siswa tersebut.
Disini stimulus dan respoin memilki peran yang penting dalam berlangsungnya proses belajar-mengajar. Karna tanpa adanya stimulus dan respon maka proses belajar interkasi antara guru dan siswa tidak akan sempurna dan dengan stimulus-respon ini akan membantu para pendidik mengetahui sejauh mana kesiapan siswa, pemahaman siswa baik  dalam pelajaran atau pembahasan yang sedang di pelajari saat itu.
  1. 10.Teori Bruner
Pada  hasil observasi belajar dalam mata pelajaran sains di kelas IV A, kami mengaitkan sistem belajar dan mengajar pada kelas ini dengan teori instruksi yang dikemukakkan Bruner. Ada 5 tahap dalam teori tersebut yang berkaitan dengan metode belajar di kelas tersebut. Namun kami mengaitkannya dengan satu proses saja dimana sebuah stuktur pengetahuan (skema) yang bertujuan untuk pemahaman siswa yang lebih baik.
Maksudnya disini, walaupun siswa menurut Bruner merupakan pebelajar yang harus aktif. Namun guru juga bisa memberikan bantuan kepada siswa dengan memberikan struktur pengetahun (skema) yang bisa mudah dipahami. Didalam hasil observasi tersebut kami melihat proses mengajar pak guru yang melibatkan siswa untuk aktif seperti menyuruh siswa untuk membaca, menjawab dan sebgainya akan tetapi disini pak guru juga membantu atau pun menolong siswa dengan penjelasan tambahan darinya pada saat sub-sub pembahasan yang sukar siswa pahami seperti saat sub topik pembakaran, ketika siswa telah membaca sub topik tersebut, mak pak guru memberikan contoh proses pembakaran agar para siswa mudah dalam memahami maksud dari apa itu pembakaran.
Disini lah yang menurut Bruner struktur pengetahuan ataupun skema berperan dalam membantu siswa. Guru mencoba memberikan contoh dan menghubungkan penjelasan mengani konsep pembakaran dengan benda-benda yang nyata, seperti lampu petromak yang dibakar sumbunya dan menghasilkan pembakaran dan contoh lainnya, contoh-contoh ini yang mempermudah siswa memahami apa itu konsep pembakaran. Sehingga nantinya anak-anak akan memiliki skema atau struktur pengetahun mengenai konsep “pembakaran” itu sendiri. Ini lah yang dikatakan Bruner bahwa dengan terbentukanya struktur pengetahun pada siswa (skema) maka siswa akan semakin memahami inti dari konsep pelajaran tersebut.


Kesimpulan Sebagai Rangkuman dari Proses Observasi hingga Penyelesaian Laporan



Diawal proses observasi yang kami laksanakan, kami melakukan pengamatan dimulai dari proses observasi kemampuan motorik yaitu olaharaga senam pagi hingga kepada proses belajar-mengajar di dalam kelas. Kami melakukan observasi pertma hingga terakhir secara bersama-sama. Pertama kami melakukan observasi pada olahrga senam, kemudian kami bertiga juga melakukan observasi bersama pada kelas pertama,kedua dan ketiga. Selama proses observasi cukup menyenagkan, dikarenakan guru dan civitas sekolah memberikan kami sikap terbuka dan membrikan waktu observasi yang leluasa buat kami. Para tenaga pengajar pada kelas yang kami observasi, sangat senang dan saling bekerjasama dalam membantu jalannya proses observasi belajar-mengajar di kelas.

Dari hasil observasi yang kami peroleh, kami menemukan beberapa teori yang berkaitan dengan metode psikologi belajar. Kami mencoba untuk berdiskusi dan melakukan brain storming untuk menentukan teori-teori apa saja yang dapat dihubungkan dengan hasil observasi kami, dan seteleh ditentukan kami membagi tugas kepada masing-masing individu untuk membuat teori yang telah kami sepakati bersama. Selain itu kami juga menentukan deadline waktu untuk pengumpulan teori-teori tersebut.

Tak hanya sampai disitu, seteleh itu kami membuat rancangan bagaimana untuk membuat konsep lay out bersama, kemudian membuat rangkuman dan juga membuat testimoni masing-masing anggota dan biasnya kami melakukan diskusi ini pada saat waktu setelah jam mata kuliah berakhir atau pada saat kami tidak memiliki jadwal kuliah pada hari tersebut. Kami membagi-bagi tugas setelah mendiskusikan rancangan lay out, mulai dari Dean yang melakukan upload ke situs YouTube, kemudian Rahayu yang juga mencoba membuat bagaimana tayangan dan susunan lay out di akun blog jika hasil observasi ini akan kami postingkan dan Siti melakukan pemeriksaan huruf maupun penulisan tugas yang kami kumpulkan bersama sebelum nantinya akan di postingkan ke blog.

Setelah semua terlaksana, dan kami menyepakati segala isi dan tayangan lay out yang telah kami buat maka akhirnya kami melakukan posting laporan hasil observasi tersebut di blog.


Educational Theories Summary (diakses 03 November 2010)
Beberapa aliran teori belajar (diakses 03 November 2010)
Skripsi (diakses 03 November 2010)
Conversation Theory, wikipedia (diakses 03 November 2010)
Teori Sibernetik (diakses 03 November 2010)

Psychology of learning for instruction by Marcy P. Driscoll
Hergenhahn, B.R & Olson, M.H. 2008. Theories of Learning (Teori Belajar). edisi ke-7. Jakarta : Kencana Prenada Mulia
Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Edisi ke-1. Jakarta : Kencana Prenada Media
Bigge, Morris (1982). Learning Theories for Teacher, Fourth Edition. United States Of America. Harper and Row,publisher, inc.

Testimoni perencanaan, pelaksanaan hingga penyelesaian tugas


Dean:

Ketika pemberian tugas observasi kelompok ini pada saat pemberitahuan kontrak kuliah, kami cukup excited  dalam merancang apa-apa saja yang kami lakukan. Namun karena masih sekedar pemberitahuan tentang tugas, belum banyak yang dapat kami diskusikan.
Ketika tugas sudah mulai dibagikan, kami mendapat SD untuk diobservasi. Kami senang dengan yang kami dapatkan, karena sepertinya cukup mudah dalam mengobservasi .
Tugas observasi ini sekiranya cukup bermanfaat bagi saya maupun kelompok. Karena ada proses berlatih menjadi berani untuk terjerumus dalam bidang yang memang akan sering kami lakukan, karena kita ketahui sendiri di psikologi ini memang kebanyakan belajar melalui terjun langsung ke lapangan.
Yang paling menarik bagi saya adalah proses perancangan layout di blog kami. Kami mencoba berbagai cara untuk menampilkan tampilan blog yang bagus dan juga efektif. Berbagai cara coba kami diskusikan, bagaimana susunan foto, video, dan laporannya sendiri.
Sampai akhirnya kami mendapat ide untuk menampilkan foto dengan model slideshow, sehingga lebih memudahkan untuk melihat foto dan juga tidak banyak memakan tempat. Cukup bersyukur dengan hadirnya teknologi.
Begitu juga proses upload video ke youtube, cukup senang karena dapat mengupload video kami sendiri ke dalam situs yang bisa di akses oleh seluruh dunia itu. Walau mungkin di videonya masih banyak kekurangan, tapi ada rasa bangga dalam diri saya sendiri. ☻

Rahayu:
Bagi saya proses pelaksanaan tugas ini menyenangkan dan memperkaya pengetahuan tentang dunia pendidikan sendiri. Dimulai di awal, pada saat pembagian tugas dan penentuan strata pendidikan kemudian kami mendapat strata SD (Sekolah Dasar) kami merasa senang dan antusia karena akan mengobservasi anak-anak. Kami telah mendiskusikan dengan merencanakan observasi jauh-jauh hari dan telah mengurus surat izin ke bagian pendidikan.
Kesulitan kami awalnya ialah menyesuaikan jadwal observasi dikarenakan harus menyesuaikan dengan jadwal kuliah masing-masing anggota kelompok, tetapi pada akhirnya kami menemukan waktu dimana keseluruhan anggota kelompok memiliki waktu yakni pada hari Jumat 5 November 2010.
Proses pelaksanaan observasi berjalan sangat mengasyikkan dimana kami merasa kembali lagi ke masa SD dulu, bertemu dengan anak-anak SD IT Bunayya yang lucu dan pihak sekolah bersikap sangat “welcome”. Sampai pada penyusunan laporan kami juga menemui kesulitan dikarenakan padatnya jadwal kuliah dan tugas akhir dari mata kuliah lain, walaupun lagi-lagi sulit mencari waktu yang tepat dimana masing-masing anggota memiliki kesediaan namun pada akhirnya kami dapat melakukan diskusi mengenai kesuluruhan isi, susunan beserta lay out dan merampungkan laporan ini yang kami sadari masih memiliki kekurangan disana-sini. Semoga bermanfaat, selamat membaca ☻

Siti:
Pada awal pembentukan kelompok mata kuliah psikologi belajar saya sangat senang bisa memilki kelompok yang beranggotakan individu yang bersemangat dan memilki antusias yang tinggi terhadap dunia pendidikan. Hal ini lah yang membawa saya untuk memilki harapan yang tinggi bahwa nantinya kerja keras pada tugas observasi kami dalam mata kuliah ini bisa tercapai sebaik mungkin. Dan itu memang terbukti, pada awal penentuan objek observasi maka kami sudah memerencanakan dan memperkirakan untuk melakukan observasi pada setting pendidikan sekolah dasar dan ternyata harapan kami bersama terwujud, kami  akhirnya melakukan observasi ke sekolah dasar.
Awal proses observasi ke lapangan yang mnurut saya paling berkesan. Awalnya memang kami berjanji untuk bertemu di tempat lokasi pada pukul 07.00 namun karena Dean mengalami sedikit hambatan dikarenakan ban mobilnya yang kempes, saya mencoba menunggu mereka di rumah saya. Tempat lokasi sekolah dasar yang kami tuju bertempat tidak jauh dari lokasi rumah saya. Akhirnya kami berkumpul, awal objek observasi kami adalah situasi olahraga senam pagi yang dilakukan oleh semua siswa dan guru di sekolah dasar tersebut. Hingga kemudian kami menuju ke kelas-kelas yang telah kami tentukan dalam perencanaan observasi kami.
Dan setelah melakukan observasi, kami mencoba untuk melakukan diskusi bersama, mengumpulkan bahan dan data dan akhirnya terkonseplah susunan laporan dan layout kami ini. Sangat berkesan dan tak akan terlupakan dalam membuat laporan observasi ini. Kami mencoba memberikan informasi dan membuat laporan ini sebaik mungkin sehingga nantinya bisa berguna bagi pembaca atau para pebelajar yang tertarik dalam dunia pendidikan. Terima kasih atas semua usaha teman-teman saya yaitu Dean dan Rahayu. Kita semua sudah memberikan yang terbaik untuk segala proses awal hingga akhir tugas observasi ini.☻☻

-Sekian-